Selasa, 09 Desember 2008

Pencerah Jiwa

Makna Sabar

Tulisan ini dikutip dari Eramuslim.com
By. Rikza Maulan, Lc. M.Ag.


"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

Sekilas Tentang Hadits

Hadits ini merupakan hadits shahih dengan sanad sebagaimana di atas, melalui jalur Tsabit dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Suhaib dari Rasulullah SAW, diriwayatkan oleh :
- Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa’iq, Bab Al-Mu’min Amruhu Kulluhu Khair, hadits no 2999.
- Imam Ahmad bin Hambal dalam empat tempat dalam Musnadnya, yaitu hadits no 18455, 18360, 23406 & 23412.
- Diriwayatkan juga oleh Imam al-Darimi, dalam Sunannya, Kitab Al-Riqaq, Bab Al-Mu’min Yu’jaru Fi Kulli Syai’, hadits no 2777.

Makna Hadits Secara Umum

Hadits singkat ini memiliki makna yang luas sekaligus memberikan definisi mengenai sifat dan karakter orang yang beriman. Setiap orang yang beriman digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang memiliki pesona, yang digambarkan dengan istilah ‘ajaban’ ( عجبا ). Karena sifat dan karakter ini akan mempesona siapa saja.

Kemudian Rasulullah SAW menggambarkan bahwa pesona tersebut berpangkal dari adanya positif thinking setiap mu’min. Dimana ia memandang segala persoalannya dari sudut pandang positif, dan bukan dari sudut nagatifnya.

Sebagai contoh, ketika ia mendapatkan kebaikan, kebahagian, rasa bahagia, kesenangan dan lain sebagainya, ia akan refleksikan dalam bentuk penysukuran terhadap Allah SWT. Karena ia tahu dan faham bahwa hal tersebut merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada dirinya. Dan tidaklah Allah memberikan sesuatu kepadanya melainkan pasti sesuatu tersebut adalah positif baginya.

Sebaliknya, jika ia mendapatkan suatu musibah, bencana, rasa duka, sedih, kemalangan dan hal-hal negatif lainnya, ia akan bersabar. Karena ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan pemberian sekaligus cobaan bagi dirinya yang pasti memiliki rahasia kebaikan di dalamnya. Sehingga refleksinya adalah dengan bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah SWT.

Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Perintah untuk bersabar pada ayat di atas, adalah untuk menahan diri dari keingingan ‘keluar’ dari komunitas orang-orang yang menyeru Rab nya serta selalu mengharap keridhaan-Nya. Perintah sabar di atas sekaligus juga sebagai pencegahan dari keinginan manusia yang ingin bersama dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah:
Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Amru bin Usman mengatakan, bahwa sabar adalah keteguhan bersama Allah, menerima ujian dari-Nya dengan lapang dan tenang. Hal senada juga dikemukakan oleh Imam al-Khowas, bahwa sabar adalah refleksi keteguhan untuk merealisasikan al-Qur'an dan sunnah. Sehingga sesungguhnya sabar tidak identik dengan kepasrahan dan ketidak mampuan. Justru orang yang seperti ini memiliki indikasi adanya ketidak sabaran untuk merubah kondisi yang ada, ketidak sabaran untuk berusaha, ketidak sabaran untuk berjuang dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk sabar ketika berjihad. Padahal jihad adalah memerangi musuh-musuh Allah, yang klimaksnya adalah menggunakan senjata (perang). Artinya untuk berbuat seperti itu perlu kesabaran untuk mengeyampingkan keiinginan jiwanya yang menginginkan rasa santai, bermalas-malasan dan lain sebagainya. Sabar dalam jihad juga berarti keteguhan untuk menghadapi musuh, serta tidak lari dari medan peperangan. Orang yang lari dari medan peperangan karena takut, adalah salah satu indikasi tidak sabar.

Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Qur'an

Dalam al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Qur'an, kata-kata yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fi'ilnya. Hal ini menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama mengklasifikasikan sabar dalam al-Qur'an menjadi beberapa macam;

1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam QS.2: 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."

Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak terdapat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46, 10:109, 11: 115 dsb.

2. Larangan isti'ja l(tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka…"

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. 2: 177: "…dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."


4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3: 146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8: 46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar."

6. Mendapatkan pahala surga dari Allah. Allah mengatakan dalam al-Qur'an (13: 23 - 24); "(yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun `alaikum bima shabartum" (keselamatan bagi kalian, atas kesabaran yang kalian lakukan). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu."

Inilah diantara gambaran Al-Qur'an mengenai kesabaran. Gembaran-gambaran lain mengenai hal yang sama, masih sangat banyak, dan dapat kita temukan pada buku-buku yang secara khusus membahas mengenai kesabaran.

Kesabaran Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.

Sebagaimana dalam al-Qur'an, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran sebagai berikut;
1. Kesabaran merupakan "dhiya' " (cahaya yang amat terang). Karena dengan kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW mengungkapkan, "…dan kesabaran merupakan cahaya yang terang…" (HR. Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "…barang siapa yang mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya seorang yang sabar…" (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW mengatakan, "…dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mu'min, sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR. Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya." (HR. Bukhari)

6. Sabar merupakan sifat para nabi. Ibnu Mas'ud dalam sebuah riwayat pernah mengatakan: Dari Abdullan bin Mas'ud berkata"Seakan-akan aku memandang Rasulullah SAW menceritakan salah seorang nabi, yang dipukuli oleh kaumnya hingga berdarah, kemudia ia mengusap darah dari wajahnya seraya berkata, 'Ya Allah ampunilah dosa kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui." (HR. Bukhari)

7. Kesabaran merupakan ciri orang yang kuat. Rasulullah SAW pernah menggambarkan dalam sebuah hadits; Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah." (HR. Bukhari)


8. Kesabaran dapat menghapuskan dosa. Rasulullah SAW menggambarkan dalam sebuah haditsnya; Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullan SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya dan juga kesusahan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut." (HR. Bukhari & Muslim)

9. Kesabaran merupakan suatu keharusan, dimana seseorang tidak boleh putus asa hingga ia menginginkan kematian. Sekiranya memang sudah sangat terpaksa hendaklah ia berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan hal yang terbaik baginya; apakah kehidupan atau kematian. Rasulullah SAW mengatakan; Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah salah seorang diantara kalian mengangan-angankan datangnya kematian karena musibah yang menimpanya. Dan sekiranya ia memang harus mengharapkannya, hendaklah ia berdoa, 'Ya Allah, teruskanlah hidupku ini sekiranya hidup itu lebih baik unttukku. Dan wafatkanlah aku, sekiranya itu lebih baik bagiku." (HR. Bukhari Muslim)

Bentuk-Bentuk Kesabaran

Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari Allah:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah, membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah diperlukan beberapa hal,
(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya'.
(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan sunah-sunahnya.
(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang "menyenangkan".

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta, kehilangan orang yang dicintai dsb.

Aspek-Aspek Kesabaran sebagaimana yang Digambarkan dalam Hadits

Dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, terdapat beberapa hadits yang secara spesifik menggambarkan aspek-aspek ataupun kondisi-kondisi seseroang diharuskan untuk bersabar. Meskipun aspek-aspek tersebut bukan merupakan ‘pembatasan’ pada bidang-bidang kesabaran, melainkan hanya sebagai contoh dan penekanan yang memiliki nilai motivasi untuk lebih bersabar dalam menghadapi berbagai permasalahan lainnya. Diantara kondisi-kondisi yang ditekankan agar kita bersabar adalah :

1. Sabar terhadap musibah.

Sabar terhadap musibah merupakan aspek kesabaran yang paling sering dinasehatkan banyak orang. Karena sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang Dalam sebuah hadits diriwayatkan, :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah.’ Wanita tersebut menjawab, ‘Menjauhlah dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah yang menimpaku.’ Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, ‘(maaf) aku tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW.’ Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim)

2. Sabar ketika menghadapi musuh (dalam berjihad).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh. Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.

3. Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR. Muslim)

4. Sabar terhadap jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; ‘Wahai Rasulullah, engkau mengangkat (memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku). Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku ‘atsaratan’ (yaitu setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).

5. Sabar dalam kehidupan sosial dan interaksi dengan masyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, ‘Seorang muslim apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)

6. Sabar dalam kerasnya kehidupan dan himpitan ekonomi
Dalam sebuah riwayat digambarkan; ‘Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat. (HR. Turmudzi).


Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran (baca; isti'jal) merupakan salah satu penyakit hati, yang seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah;

1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

Penutup

Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan. Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam hidupnya.

Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itulah, marilah secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Insya Allah, Allah akan memberikan jalan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha di jalan-Nya.


Wallahu A'lam

Kamis, 04 September 2008

Perjalanan haji-ku (II)




Usaha tuk penuhi Panggilan Allah..

Alhamdulillah, akhirnya saya dapat kembali melanjutkan cerita pengalaman berhaji saya…(yach maklum karyawan.. he he he..). Setelah dinyatakan lulus seleksi haji tahun 2006 yang diadakan oleh perusahaan tempat saya bekerja, segera saya persiapkan hal-hal yang diperlukan utamanya persiapan bekal ilmu dan materi.
Untuk bekal ilmu tentunya saya harus pertajam lagi pengertian tentang ibadah haji syarat dan rukunnya serta ilmu syariat tentang ibadah lainnya seperti tentang sholat, bagaimana melakukan jamak, qoshor, tayamum dan ibadah-ibadah lainnya. Selain itu saya juga segera mencari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang ‘nyunah’ maksudnya berusaha untuk semaksimal mungkin dapat mengikuti manasik haji yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
Karena dari info teman-teman yang sudah pernah menjalankan ibadah haji bahwa banyak sekali KBIH yang kurang peduli pada pelaksanaan sunnah Rosul dalam manasik hajinya dan lebih mementingkan pada kepraktisan dalam menjalankannya. Alhamdulillah, saya dapatkan KBIH yang baik, yang berusaha nyunah yaitu KBIH Al Qudwah. Mereka membimbing kami para jamaah calon haji tuk mempersiapkan bekal haji selengkap mungkin, mulai dari pembenahan aqidah hingga persiapan penyusunan isi koper kita.
Sejalan dengan proses bimbingan dari KBIH yang membimbing jamaahnya tuk membersihkan diri mulai dari pembersihan Aqidah dari segala kemusyrikan hingga persiapan fisik dan perlengkapannya, saya juga berusaha tuk perbaiki diri dengan harapan agar ketika berangkat haji nanti dapat benar-benar siap jasmani dan ruhani.
Persiapan terus berlangsung sampai suatu pagi, Jumat 23 November 2007 saya mengalami musibah kecelakaan di jalan raya saat berangkat menuju kantor. Ketika mengendarai sepeda motor dikawasan Mall Artha Gading tiba-tiba saya tidak sadarkan diri. Saat tersadar saya sedang digandeng seorang anggota satpam yang mengatakan agar saya menyelesaikan masalah tersebut dengan seorang pengendara motor lain yang sudah ada dipinggir jalan tersebut. Ketika tersadar saya sangat shock teringat akan berangkat haji sekitar 20 hari lagi. Setelah selesai urusan di jalan kemudian saya dibawa ke RS oleh teman-teman kantor yang tadi sempat hubungi.
Ternyata saya mengalami retak tulang spatula kanan dan ada sedikit bagian yang pecah (cuil… klo bahasa saya-nya - red). Selama di RS saya terus istighfar dan menghubungi Ust. Rikza & Ust.Ade pembimbing haji saya serta Ust.Dadang, mohon doanya agar saya tetap dapat berangkat ke tanah suci tuk berhaji sesuai jadwal. Walaupun banyak orang yang pesimis saya bisa pergi menunaikan ibadah haji, namun saya tetap optimis dan terus berdoa agar hal tersebut dapat terlaksana. Alhamdulillah do’a kami terkabul, Alloh SWT sembuhkan saya walaupun belum 100% tetapi saya tetap dapat berangakat tuk memenuhi panggilan-Nya ke tanah Haramain dengan wasilah tetangga saya (Pak Amansyah…. semoga Alloh kabulkan doanya tuk dapat menunaikan ibadah haji…)yang mengurut cedera tulang tersebut.
Hikmah yang saya dapatkan adalah bahwa saya tak boleh ujub dengan kondisi bahwa saya melaksanakan ibadah haji di usia muda, sehingga tatkala berangkat ke Mekkah saya tidak dapat membawa tas koper saya sendiri ini artinya kondisi saya sama dengan seorang kakek atau nenek. namun Alhamdulillah selama perjalanan hingga di Mekkah saya banyak dibantu saudara-saudara saya untuk mengangkat koper tersebut antara lain oleh Haji Dedi, Haji Abai, Haji Ihsan dan lain-lain (semoga Allah memberikan balasan yang setimpal amiin…). (trp)

Selasa, 05 Februari 2008

Perjalan Haji tuk lebih baik

Perjalanan Haji tuk lebih baik


By. Rudi-Ktw
Sobatku semua berikut ini adalah sajian (duuuh makanan klee..) yang akan sedikit memaparkan tentang perjalanan haji saya di musim haji akhir tahun 2007 yang berakhir pada medio Januari 2008.

Kenapa saya tulis hal ini? Karena perjalan menunaikan ibadah Haji ini merupakan suatu anugerah yang tak terhingga buat saya.

Saya akan bagi kedalam beberapa bagian cerita, nah diawal tentang latar belakang sebelum berangkat haji.

Pergi menunaikan ibadah haji ke tanah suci adalah suatu impian bagi hampir semua Muslim yang beriman kepada Allah SWT. Tentu bagi saya dan sobat yang lain pun demikian. Namun sebagian besar dari kita masih terkendala dengan biaya untuk melaksanakannya yang cukup mahal.

Adalah suatu kegembiraan tersendiri bagi saya karena diperusahaan tempat saya bekerja mengadakan program pembiayaan ONH bagi karyawannya yang telah bekerja selama minimal 10 tahun melalui test seleksi calon haji yang diadakan tiap tahun.

Maka ketika test seleksi Haji tahun 2005 dikantor, segera saya daftarkan diri untuk mengikuti seleksi tersebut. Dan hasilnya ternyata saya lulus seleksi tahap awal dari dua tahap test yang diselenggarakan. Cukup surprise juga bisa lolos seleksi ditahap ini (test tertulis tentang pemahaman Aqidah, ibadah, Siroh dan tentang Al Qur’an) mengingat pesertanya itu teman-teman yang sudah lebih senior dan tampilan mereka ketika test rata-rata sangat meyakinkan sebagai orang-orang yang cukup mumpuni dalam ilmu Agama.

Dengan semangat saya persiapkan diri untuk mengikuti test tahap dua dengan materi test baca Al Qur’an dan seputar manasik haji. Test kedua ini dalam bentuk test lisan dimana peserta test duduk di tengah-tengah tim juri yang ada di depan dan belakang peserta.
Disini saya sangat tegang bahkan hanya mampu menjawab 2 pertanyaan saja dari sekitar lima pertanyaan yang diajukan. Akhirnya saya gagal ditest Seleksi haji tahun 2005 ini.

Kecewa rasa hati ini kuganti dengan interospeksi diri, mencari apa yang salah dengan diri saya saat test haji tersebut. Ternyata setelah saya interospeksi lagi saya telah melakukan kesalahan yang fatal dalam mengikuti test tersebut niat saya hanya ingin ikut test seleksi haji bukan niat untuk menunaikan ibadah haji.
Akhirnya saya perbaiki niat saya ikut test karena berniat hendak menunaikan ibadah haji.
Alhamdulillah test tahun berikutnya di tahun 2006 saya berhasil lulus dan mendapatkan ONH dari perusahaan tempat saya bekerja.Kisah berikutnya akan saya sambung kemudian karena sekarang saya dah mo pulang nich… Wassallam.

Cambuk Kecil kehidupan

Cambuk kecil di hari Selasa..

Oleh: Rudi - KTW

Untuk kesekian kalinya aku merasakan getirnya aroma ketidakadilan.
Lho mengapa? Tiap kali terjadi suatu masalah yang tereskalasi hingga tingkat tinggi, selalu saja dilevel staff yang harus bertanggungjawab. Tidak peduli ia bersalah atau tidak yang penting si staff tadi harus mau mengaku salah. Padahal ia bekerja atas nama dan dalam suatu struktur organisasi, tapi ketika ada suatu masalah menyangkut staff tadi maka seketika itu juga struktur organisasi tadi menghilang….
Struktur organisasi yang selama ini selalu menggembar-gemborkan Team work, Team work dan team work tak lagi terlihat. Ah, sungguh sedih nian hati ini jika kita berada di level terendah dari suatu unit kerja. Kita harus selalu terlihat semangat, kerja keras tanpa kenal lelah apalagi sakit…. Mungkin Cuma kematian saja …. Yang dapat diterima oleh struktur organisasi itu sebgai suatu reason untuk istirahat tidak bekerja.


Yach itulah sekelumit kisah dunia kerja dimasa ini awal 2008 dan awal 1429 H.
Yang dapat dilakukan si Staff tadi ialah harus membuat report tentang kejadian atau masalah tersebut, sehingga sang Struktur Organisasi tadi dapat tenang hatinya karena telah mendapatkan orang yang siap untuk di “kambing hitamkan”.

Betapa rasa keadilan bagi people margin ( eh maksudnya teh orang pinggiran; red)
Terasa begitu mahal dan amat sulit tuk disentuh apalagi diraih…

Nah, itu baru se-noktah kisah dari staff yang bekerja di sebuah instansi swasta terkemuka, bagaimana dengan saudara kita yang lainnya…? Mereka hidup dibelantara eh di bagian pinggiran lainnya … bagimana dengan tukang Es Doger ketika musim hujan seperti ini … adakah mereka mengeluh…?? Coba juga renungkan nasib tukang ojek sepeda yang biasa mangkal di pinggir jalan di Jl. Yos Sudarso ketika musim banjir seperti sekarang ini
Boleh dibilang pelanggan mereka hampir tidak kelihatan menemui mereka dimusim ini.
Bagaimana dengan nasib para gelandangan yang tinggal di kolong jembatan, kemana mereka akan berteduh jika kolong-kolong jembatan yang mereka huni sudah terendam banjir. Bahkan masih lebih banyak lagi keperihan dan kepiluan yang dirasakan banyak orang dimuka bumi ini.
Saya jadi teringat akan ayat yang berbunyi “ Fa bi ayyi alaaai Robbikumaa tukadzibaan…” yang artinya “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Maka hati ini menjadi kembali tenang, tenteram dan damai… karena sesungguhnya kita telah menerima amat sangat banyak sekali nikmat-Nya sejak kita dalam kandungan hingga saat ini…
Berapa volume Oksigen yang sudah kita hirup sejak pertama kali kita hidup hingga kini..?
Berapa biaya yang harus kita bayar untuk jasa pompa jantung yang dengan setia dan secara otomatis terus memompa darah ke seluruh tubuh kita , jika jasa Jantung kita rupiahkan …

Jadi marilah kita jadikan luka dan pilu dihati kita dalam menempuh kehidupan ini kita jadikan cambuk kecil agar kita tetap sadar, mawas diri dan tetap ingat bahwa hidup dan mati kita semuanya hanya ditujukan semata Lillahi Robbil ‘Alamiin.

Wallahu A’lam…

Senin, 04 Februari 2008

Sekilas Info dari Jurnal Halal

Pembungkus Yang Bisa Dimakan

Fatwa & Info Halal Oleh : Redaksi Jurnal Halal 23 Sep 2006 - 7:04 pm

Taiching: Bungkus makanan memegang peranan yang sangat penting, bahkan kadang-kadang lebih penting dari isinya. Ia juga mampu meningkatkan nilai tambah makanan.

Teknologi kemasan berkembang sangat pesat seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Pada zaman dahulu kemasan lebih didominasi oleh bahan-bahan alami, seperti daun, bambu dan kayu. Kemudian dengan ditemukannya bahan kemasan sintetis, kini kita mengenal plastik, kaca, kaleng dan aluminium foil sebagai pembungkus makanan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Rupanya bahan pembungkus sintetis tersebut kini mulai digugat konsumen, khususnya yang terkait dengan masalah lingkungan dan efek samping yang ditimbulkannya. Kemasan gelas dan kaleng digugat karena sulit didegradasi alam, sehingga dianggap mengancam kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan kemasan plastik dan gabus (styrofoam) dianggap menghasilkan residu berbahaya yang bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi penggunanya.

Kemasan plastik yang dipakai untuk bahan makanan yang dipanaskan akan menyisakan monomer hasil degradasi dari polimer yang merupakan bahan penyusun plastik. Nah, monomer ini diduga kuat bisa menimbulkan gangguan kesehatan bagi pemakainya dan bisa mengakibatkan penyakit kanker.

Gugatan terhadap bahan pembungkus sintetis tersebut mendorong para pakar di bidang teknologi kemasan untuk kembali melirik bahan alami. Namun sepenuhnya kembali kepada bahan alami juga menimbulkan banyak masalah ketika harus berhadapan dengan ketatnya sistem produksi. Tidak terbayangkan, bagaimana susahnya membungkusi makanan dengan daun pisang jika diproduksi secara masal dalam industri makanan.

Selain itu pembungkus alami juga memiliki sifat-sifat yang kurang menguntungkan, seperti masalah standarisasi, kekuatan dan daya tahan. Oleh karena itu dengan tetap berorientasi pada industrialisasi, sekaligus juga ramah lingkungan dan aman bagi konsumen, maka dikembangkanlah jenis kemasan yang bisa dimakan (edible), khususnya untuk kemasan yang bersentuhan langsung dengan bahan makanannya.

Salah satu pembungkus edible yang cukup populer adalah bahan pembungkus sosis. Dahulu orang mengenal sosis sebagai bahan makanan yang dibungkus dengan usus kambing atau babi. Tetapi karena tidak praktis dan banyak kesulitan dalam teknis pembungkusannya, maka kini dikembangkan pembungkus dari sejenis plastik (selofan). Belakangan pembungkus sosis ini juga diarahkan kepada jenis pembungkus yang bisa dimakan, lebih akrab dengan lingkungan, mudah, praktis dan tidak berbahaya bagi konsumen.

Pilihan jatuh pada bahan colagen atau kolagen yang berasal dari protein hewani. Penggunaan kolagen dalam pembuatan kemasan yang bisa dimakan itu sangat menguntungkan, aman, mudah dan praktis karena bisa langsung dimakan. Sehingga konsumen tidak susah-susah lagi mengupas. Harganyapun relatif murah jika dibandingkan dengan pembungkus alami yang berasal dari usus.

Masalahnya adalah ketika dikaitkan dengan kehalalan. Status kehalalan pembungkus makanan yang bisa dimakan ini sangat tergantung dari sumber dan asal-usul bahannya. Bahan dasar kemasan ini adalah kolagen, sejenis protein hewani yang berasal dari kulit atau jaringan ikat hewan. Pertanyaannya adalah, hewan apakah yang digunakan sebagai sumber kolagen tersebut?

Secara statistik kolagen yang digunakan oleh industri-industri kemasan tersebut kebanyakan berasal dari sapi, babi atau ikan. Sapi paling banyak digunakan, terutama di negara-negara yang memang memiliki potensi peternakan besar seperti Australia, Eropa dan Amerika. Namun demikian dilaporkan juga adanya penggunaan babi sebagai sumber kolagen di berbagai tempat. Sedangkan ikan masih sangat sedikit, karena jaringan ikat pada hewan ini memang tidak terlalu banyak. Paling hanya pada ikan hiu atau ikan paus yang keberadaannya sudah mulai dilindungi.

Ketika berbicara tentang kolagen yang bersumber dari sapi, maka aspek kehalalan harus bisa menjelaskan mengenai cara penyembelihan hewan tersebut. Ketika sapi tidak disembelih sesuai aturan Islam, maka kulit dan produk turunannya juga ikut haram. Pemotongan sapi halal di Eropa, Amerika dan Australia sampai saat ini masih sangat sedikit, biasanya khusus untuk keperluan ekspor daging ke negara-negara muslim. Sedangkan untuk keperluan industri, seperti kolagen, masih sangat jarang mempertimbangkan aspek kehalalan.

Ada memang beberapa industri kemasan yang menggunakan sumber sapi halal. Tetapi kebanyakan industri ini masih mempergunakan semua jenis sapi, baik yang halal maupun yang tidak. Apalagi jika ada juga yang menggunakan sumber kolagen dari babi, masalahnya akan lebih gawat lagi.
Dari informasi-informasi tersebut, penggunaan kemasan yang bisa dimakan (edible) memang sebuah terobosan teknologi yang sangat menguntungkan bagi produsen dan konsumen. Namun perlu diingat, aspek kehalalan adalah harga mati bagi konsumen Muslim. Oleh karena itu tidak ada salahnya untuk tetap waspada terhadap bahan makanan yang menggunakan kemasan tersebut. Nur Wahid, Auditor LPPOM MUI dan Ketua Redaksi Jurnal Halal.

Minggu, 21 Oktober 2007

Asal usul gado-gado

Gado-gado
Senyampang masih dalam suasana HUT Jakarta, kita ngomong soal gado-gado, nyok? Dalam kehampaan sejarah tentang asal-muasal gado-gado, kita anggap saja gado-gado adalah sajian khas Betawi. Nyatanya, gado-gado adalah salah satu hidangan paling populer di Jakarta, tersedia di setiap pojok Jakarta, dan disukai siapa saja.
Tetapi, gado-gado sudah sejak lama menembus keluar Jakarta dan telah pula menjadi hidangan yang sangat populer di seluruh Indonesia. Gado-gado muncul pada daftar makanan di restoran dari Sabang sampai Merauke. Bahkan banyak orang asing mengenali gado-gado – di samping nasi goreng – sebagai carte du jour nasional Indonesia.
Bahkan asal kata gado-gado pun masih gelap. Mungkinkah itu berasal dari bahasa Prancis? Atau Belanda? Atau Portugis? Tidak ada satu pun kamus Bahasa Indonesia yang dapat menjelaskan dari mana asal kata gado-gado. Bahkan dalam bahasa Betawi – yang untuk sementara kita sepakati sebagai asal-muasal dan tempat terpopuler untuk makan gado-gado – tidak dikenal istilah asli yang dapat menjelaskan asal kata gado-gado. RRI Studio Jakarta dulu punya acara obrolan yang amat populer antara seorang tukang sado (Bang Madi) dan tukang gado-gado (Mpok Ani). Keduanya adalah tokoh legendaris yang telah ikut menanamkan claim bahwa gado-gado adalah hidangan khas Betawi.
Gado-gado bahkan menjadi istilah untuk segala macam yang sifatnya merupakan adukan dari berbagai unsur. Misalnya, bahasa gado-gado untuk mengatakan bahasa campur-campur. Perkawinan gado-gado adalah untuk dua mempelai yang punya latar belakang suku, agama, atau ras yang berbeda. Gado-gado barangkali juga merupakan istilah rakyat untuk mengatakan Bhinneka Tunggal Ika atau keberagamaan. Satu
Kita hanya dapat memperkirakan asal nama gado-gado. Orang Jawa biasanya memakai istilah digado untuk makanan yang bisa dimakan tanpa nasi. Gado-gado, sekalipun sering dimakan dengan lontong, memang jarang dimakan dengan nasi. Bila dimakan dengan lontong, gado-gado memang merupakan a meal in itself, bukan lauk. Di Jawa ada makanan yang disebut gadon karena bisa dimakan tanpa nasi.
Mungkin karena claim yang kabur tentang gado-gado inilah maka kita tak dapat memperjuangkan claim resmi sebagai pemilik hak cipta atas gado-gado. Seorang pembaca "Jalansutra" di New Zealand bahkan dengan geram menemukan temuannya karena restoran Malaysia di sana menyebut gado-gado sebagai hidangan nasional Malaysia.
Pada dasarnya, gado-gado adalah campuran berbagai sayur rebus yang dibubuhi bumbu atau saus dari kacang. Sayur-mayur rebus yang dipakai biasanya adalah bayam atau kangkung, kacang panjang, tauge, labu siam, jagung, nangka muda, pare (paria), kol (kubis). Di atas sayur rebus itu dibubuhi lagi berbagai "asesori" seperti tahu goreng, tempe goreng, kentang goreng atau rebus, telur rebus, dan timun (tidak direbus) yang diiris tipis. Terakhir, setelah diberi bumbu kacang, ditaburi lagi bawang goreng dan kerupuk. Kerupuknya bisa emping mlinjo, kerupuk merah, kerupuk udang, atau kerupuk Palembang. Jenis kerupuk yang dipakai biasanya menentukan murah-mahalnya gado-gado. Saya justru suka memakai kerupuk merah yang dilembabkan atau dilembekkan dengan mengaduknya ke dalam bumbu kacang. Soalnya, karena asam urat saya perlu menghindari emping mlinjo.
Gado-gado mengenal dua varian bumbu atau saus kacang. Yang pertama dan paling disukai adalah bumbu yang diulek secara individual. Bumbu ulek ini disukai karena dianggap lebih fresh, dan lebih eksklusif. Misalnya, ada orang yang ingin cabenya lebih banyak, atau tanpa kencur, atau mau ditambah daun jeruk purut yang diulek dan diratakan ke seluruh cobek agar memberi keharuman dan citarasa yang khas.
Varian yang kedua adalah bumbu yang sudah dipersiapkan dalam jumlah banyak dan tinggal disiramkan ke atas campuran sayur dan asesorinya. Ada pula yang merebus bumbu atau saus kacang ini sebentar agar semua elemen bumbunya menyatu. Apa pun jenis bumbu yang Anda pilih, pada akhirnya citarasa pribadilah yang menentukan.
Tidak heran bila saya mengalami kesulitan ketika bersama empat teman lainnya menjadi juri dalam lomba gado-gado ulek baru-baru ini. Lomba ini diselenggarakan dalam rangka pameran Horeka (hotel-restoran-katering) yang tiap tahun diselenggarakan oleh Makro. Uniknya, Makro mengharuskan semua peserta memakai kacang mede – bukan kacang tanah – untuk bumbu gado-gado. Kacang mede disediakan gratis untuk semua peserta. Ini membuat gado-gado lebih istimewa dan naik "pamor"-nya.
Tiga puluh peserta berlomba menampilkan kepiawaian mereka masing-masing untuk bisa mengungguli yang lain. Harus diakui, dari 30 porsi yang tersedia itu, tidak satu pun yang tidak enak. Kelihatannya memang sulit untuk membuat gado-gado yang tidak enak. Untungnya, dalam putaran penilaian pertama, kelima juri sudah sepakat ada lima peserta yang diunggulkan. Kami berkeliling sekali lagi untuk memfokuskan penialaian pada kelima peserta itu. Akhirnya, tiga pemenang ditetapkan. Lucunya, ketiganya adalah laki-laki. Salah satu dari mereka memang berprofesi sebagai pedagang gado-gado. Padahal, banyak peserta perempuan yang juga berprofesi sebagai pedagang gado-gado unggulan kampungnya masing-masing.
Di Jakarta, ada tiga tempat makan gado-gado yang saya sukai. Yang pertama, tentu saja semua orang setuju, adalah di Boplo, Jakarta Pusat. Bung Karno saja dulu selalu memesan gado-gadonya dari Boplo. Warung gado-gado ini sudah berdiri sejak 1947. "Semua presiden Indonesia suka makan gado-gado dari sini," kata yang empunya dengan bangga.
Kalau Anda belum mengenal gado-gado Boplo, penjelasan singkat ini perlu Anda perhatikan. Dulunya di kawasan Boplo (mungkin berasal dari kata bouw-ploeg dalam bahasa Belanda yang berarti satu regu pekerja bangunan), dekat Stasiun Gondangdia, itu ada dua warung gado-gado yang populer. Dua-duanya dimiliki oleh orang Tionghoa. Entah kenapa, masakan asli daerah selalu jadi lebih istimewa bila tersentuh oleh tangan orang Tionghoa. (Contoh lain adalah laksa, opor, bahkan masakan padang).
Warung yang satu memakai merek "Gado-gado Boplo". Sedang yang lain memakai merek "Gado-gado Cemara". Pembangunan di sekitar Pasar Boplo dan Stasiun Gondangdia membuat kedua warung itu beberapa kali pindah tempat. "Gado-gado Boplo" kini mangkal di Jalan KH Wahid Hasyim, dan sudah pula punya cabang di Kelapa Gading. Sedangkan "Gado-gado Cemara" sudah pindah tempat dua kali di sekitar situ, dan kini gerainya berada di Jalan KH Wahid Hasyim juga.
Kekhasan gado-gado varian Boplo ini adalah campuran kacang mede untuk bumbunya. Sekalipun diulek, gado-gado Boplo ini dibuat tidak pedas. Sambal disajikan terpisah, agar pelanggan membubuhkan sendiri sambal menurut kesukaan masing-masing. Sekarang, harga per porsi Rp 14 ribu. Tiga kali lipat dari harga gado-gado biasa yang ditawarkan warung-warung sederhana.
Favorit saya yang kedua adalah gado-gado dari Jalan Cikini IV (dulu Jalan Kebon Binatang IV). Lagi-lagi, pemiliknya adalah orang Tionghoa. Di sini bumbunya tidak diulek individual, melainkan sudah siap di panci dan tinggal disiram. Kalau beli untuk dibawa pulang, bumbu kacang dan sambalnya dipisahkan dari sayur agar tahan lama. Istimewanya lagi, di sebelahnya ada gerai yang menjual es krim Canang (d/h Tjan Njan) yang terkenal. Setelah menyantap gado-gado, disempurnakan dengan es krim kopyor. Alamak …
Dulu saya sering diajak Rio Helmi, jurupotret, vegetarian, makan gado-gado di bawah pohon palem di Jalan Suwiryo, Menteng. Kekhasan gado-gado Jalan Suwiryo adalah pare sebagai salah satu bahan pokok. Beberapa kali saya lewat Jalan Suwiryo, dan tidak menemukan lagi tukang gado-gado itu. Jangan-jangan dia sudah pindah ke Jalan Kartanegara di Kebayoran Baru. Soalnya, di sana sekarang ada tukang gado-gado gerobak dorong yang juga sangat terkenal.
Seorang teman mengatakan bahwa terlalu sulit baginya menentukan mana gado-gado yang paling enak. "Gado-gado di dekat kantor saya yang cuma empat ribu perak saja sudah enak banger, kok," katanya. Ada pula yang bilang tukang gado-gado di dekat tempat sampah di Pasar Santa adalah yang paling enak di kawasan Kebayoran Baru.
Pilihan-pilihan pribadi seperti itu tak perlu diperdebatkan. Semua orang punya tempat favorit mereka masing-masing tentang gado-gado terbaiknya. Setiap kampung di Jakarta mempunyai warung gado-gado favorit masing-masing. Bahkan tukang gado-gado yang mendorong gerobaknya ke sepanjang jalan Jakarta tidak boleh dianggap remeh. Dari kelengkapan jenis sayurnya saja, gado-gado gerobak itu harus diacungi jempol.
Bicara soal gado-gado, nggak ada matinya, dah!

Selasa, 16 Oktober 2007

Salam dari GADO2KU

Assalamualaikum wr. wb.

Hi All,
Senang bisa bertemu dengan anda semua via blog ini. Semoga apa yang saya tampilkan dalam blog ini dapat bermanfaat adanya.
Demikian opening saya di GADO2KU .... Cheerr....

Best Regards,

Penyusun