Selasa, 05 Februari 2008

Cambuk Kecil kehidupan

Cambuk kecil di hari Selasa..

Oleh: Rudi - KTW

Untuk kesekian kalinya aku merasakan getirnya aroma ketidakadilan.
Lho mengapa? Tiap kali terjadi suatu masalah yang tereskalasi hingga tingkat tinggi, selalu saja dilevel staff yang harus bertanggungjawab. Tidak peduli ia bersalah atau tidak yang penting si staff tadi harus mau mengaku salah. Padahal ia bekerja atas nama dan dalam suatu struktur organisasi, tapi ketika ada suatu masalah menyangkut staff tadi maka seketika itu juga struktur organisasi tadi menghilang….
Struktur organisasi yang selama ini selalu menggembar-gemborkan Team work, Team work dan team work tak lagi terlihat. Ah, sungguh sedih nian hati ini jika kita berada di level terendah dari suatu unit kerja. Kita harus selalu terlihat semangat, kerja keras tanpa kenal lelah apalagi sakit…. Mungkin Cuma kematian saja …. Yang dapat diterima oleh struktur organisasi itu sebgai suatu reason untuk istirahat tidak bekerja.


Yach itulah sekelumit kisah dunia kerja dimasa ini awal 2008 dan awal 1429 H.
Yang dapat dilakukan si Staff tadi ialah harus membuat report tentang kejadian atau masalah tersebut, sehingga sang Struktur Organisasi tadi dapat tenang hatinya karena telah mendapatkan orang yang siap untuk di “kambing hitamkan”.

Betapa rasa keadilan bagi people margin ( eh maksudnya teh orang pinggiran; red)
Terasa begitu mahal dan amat sulit tuk disentuh apalagi diraih…

Nah, itu baru se-noktah kisah dari staff yang bekerja di sebuah instansi swasta terkemuka, bagaimana dengan saudara kita yang lainnya…? Mereka hidup dibelantara eh di bagian pinggiran lainnya … bagimana dengan tukang Es Doger ketika musim hujan seperti ini … adakah mereka mengeluh…?? Coba juga renungkan nasib tukang ojek sepeda yang biasa mangkal di pinggir jalan di Jl. Yos Sudarso ketika musim banjir seperti sekarang ini
Boleh dibilang pelanggan mereka hampir tidak kelihatan menemui mereka dimusim ini.
Bagaimana dengan nasib para gelandangan yang tinggal di kolong jembatan, kemana mereka akan berteduh jika kolong-kolong jembatan yang mereka huni sudah terendam banjir. Bahkan masih lebih banyak lagi keperihan dan kepiluan yang dirasakan banyak orang dimuka bumi ini.
Saya jadi teringat akan ayat yang berbunyi “ Fa bi ayyi alaaai Robbikumaa tukadzibaan…” yang artinya “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Maka hati ini menjadi kembali tenang, tenteram dan damai… karena sesungguhnya kita telah menerima amat sangat banyak sekali nikmat-Nya sejak kita dalam kandungan hingga saat ini…
Berapa volume Oksigen yang sudah kita hirup sejak pertama kali kita hidup hingga kini..?
Berapa biaya yang harus kita bayar untuk jasa pompa jantung yang dengan setia dan secara otomatis terus memompa darah ke seluruh tubuh kita , jika jasa Jantung kita rupiahkan …

Jadi marilah kita jadikan luka dan pilu dihati kita dalam menempuh kehidupan ini kita jadikan cambuk kecil agar kita tetap sadar, mawas diri dan tetap ingat bahwa hidup dan mati kita semuanya hanya ditujukan semata Lillahi Robbil ‘Alamiin.

Wallahu A’lam…

Tidak ada komentar: